Jumat, 05 Desember 2008

Kiriman dari Sang Penolong

Teman adalah kiriman dari Sang Penolong yang sangat berharga setelah keluarga. Klo kemarin aku da curhat tentang kesehatanku yang buruk,nih kelanjutannya.
Yang perlu diinget there is a rainbow after the rain,ada yang indah di balik rasa sakit. Kmaren aku gak terlalu gerak kemana2,cuma bisa yang simpel2 kayak nganter Mom ke bank,coz diare tuh mengacaukan jadwal panggilan alam. Isi bensin aja,aku gak brani,kan berdiri lama waktu nunggu bensin dimasukin ke tangki mobil,klo ampe aku "keluar" di situ,bisa2 ntar aku ditangkap petugas sambil berseru "woi,baunya ngalah2in bau bensin tapi nyama2in baunya kambing kurban di depan", lebih parah lagi pencemaran nama baik keluarga,hikz.

Yah,smakin jauh dari maksud blogging gw.

Ini nih tentang temen2ku yang menolongku baik di kampus maupun di luar kampus. Yang pertama ya uda pasti si tawon,temenku yang nemeni aku mulai detik aku didiagnosa diare berat ampe didiagnosa boleh rawat jalan (hekz,loe kate diare tuh schizophrenia pake rawat jalan,ha haha,dasar calon psikolog geblekz). Si tawon menemani dan ikut berempati dengan sakit yang kurasa,thank you Bee, u always give ur best for me. Yang lain adalah temen2 kuliahku. Kan ceritanya aku nih kudu kumpulin hasil praktikum kemarin,but hasilku masih berupa file,blom di print apalagi bermimpi uda di jilid. Berkat teman2ku,tugasku dikumpul tanpa aku harus ke kampus karena aku lagi stengah mampus. Teman2ku,aku tak kan henti2nya berterima kasih untuk kebaikan kalian wahai cerminan Sang Penolongku. Eh pembaca,temen2 ku masih jomblo loh (maksudnya??? Hehehe,aku ndiri bingung dengan kalimat terakhir tuh).

Jadi,walo aku sakit kemarin,di saat aku lemah,Tuhan kasi aku temen2 yang baik sbagai penopangku di kala lemah. Mengingatkanku bahwa aku gak pernah sendiri. Bahkan di dunia blog,aku dapet temen baru waktu aku sakit (kukira gak ada yang tertarik melirik tulisanku kemarin,palagi mengomentarinya, ternyata ada,tau gitu ku post bagus2 deh,he2).

1 komentar:

kaiikoko mengatakan...

Setuju, setiap pekerjaan yang dilakukan dengan tulus, membuat pekerjaan lebih mulia dan berarti.
Tentunya, tamparan keras bagi orang-orang yang bekerja hanya menuruti egonya sendiri